Hot Todays

Selasa, 22 Maret 2011

DINAMIKA KURSUS BAHASA INGGRIS DI PARE (2)

Kampung Inggris ( Kampoeng Inggris Pare ), Pepatah bilang: “Ada gula ada semut”, kayaknya ini adalah ungkapan yang pas untuk mengkespresikan kondisi Kampung Inggris Pare sekarang. Ketika nama BEC di dusun Singgahan desa Pelem kecamatan Pare sudah melambung tinggi bak layang-layang di angkasa maka banyak orang yang ingin mengikuti jejak BEC.


Maka bermuncullah kursusan – kursusan di sekitar BEC. Mula – mula Pratama Mulia English Course yang didirikan oleh saudara Matsudi, alumni BEC, lokasi di depan agak ke Timur BEC, terus saudara Ajie Bahleuwi juga tetangga dan alumni mendirikan Liberty di sebelah Barat BEC.


Ketika pertama kali saya datang ke Pare awal tahun 1991, suasananya masih sangat sepi tapi asri, jalannya belum teraspal, rumah orang kampung, dan rumah kos belum sebanyak sekarang karena kurususan yang eksis waktu itu ya hanya BEC, Pratama Mulia, Liberty dan IEC punya saudara Fariz dari Madura bertempat di Trotoar House.

Kemudian akhir tahun 1992, awal Desember saya bergabung dengan pak Kalend mengajar di BEC sekaligus buka sendiri EECC di dusun Mulyoasri desa Tulungrejo.

Seiring dengan berjalannya waktu, serta adanya secerah harapan atau prospek lapangan pekerjaan baru di bidang kursus mengursus maka Pare semakin dikenal. Peserta kursus dari hari ke hari semakin banyak, bahkan saya sendiri merasa kuwalahan untuk menerima calon siswa baru sehingga banyak yang tertolak. Akhirnya para alumni yang bisa membaca peluang ini membuka kursusan di sekitar lingkungan kami, seperti Mahesa, Elfast, Smart dll.

Banyaknya kursusan memang membawa dampak (berkah) finansial dan kesejahteraan ekonomi lingkungan setempat bagi yang mampu memanfaatkan. Banyak orang membuka wirausaha atau bisnis baru berupa warung makanan, laundry, rumah kos, rental komputer dll.

Akan tetapi dari sisi kultur budaya ternyata membawa “musibah” tersendiri. Dengan adanya pendatang baru dari daerah lain yang membawa tradisi mereka tanpa memperdulikan tradisi setempat yang tidak seirama maka gesekan sosial maupun budaya tidak bisa dihindari. Belum lagi ditambah soal persaingan dalam “menawarkan” product atau dagangan antar kursusan?

Kompetisi memang tidak bisa dihindari, tapi yang perlu digarisbawahi adalah selama dalam batas yang sehat dan fastabiqul khoirot tetap sah – sah saja. Yang tidak perlu terjadi kalau kompetisinya sudah tidak sehat.
Banyak masyarakat yang tadinya membayangkan kalau kursus di Pare fasilitasnya hebat dan lengkap, pelayanannya bagus, sistemnya modern, dsb, tapi ketika tiba di Pare ternyata tidak sedikit yang kecewa.

Bagi masyarakat yang mau kursus di Pare monggo silakan pilih dimana saja yang sesuai dengan kemaremannya sendiri-sendiri, tapi sebelum datang ke Pare agar di check dulu lembaga tersebut biar tidak kecewa ketika tiba di Pare. Saya bicara seperti ini bukan karena apa-apa karena sering kali saya di complain masyarakat yang jauh-jauh dari luar kota datang ke Pare dengan sejumlah anak buahnya ternyata dari pihak pengelola belum siap apa-apa tapi sudah berjanji menyanggupi segala keperluannya akan disediakan tapi ternyata cuma janji-janji belaka.

Sebetulnya dilihat dari sisi legal formal kursusan di Pare masih banyak yang belum mempunyai ijin operasional, nilek, tutornya terkadang belum memenuhi kualifikasi mengajar dari sisi background pendidikan, jam terbang mengajar, serta performance dan perilakunya. Hal-hal seperti ini yang masih belum banyak diketahui oleh masyarakat.

Terlebih di musim liburan, Kampung Inggris ( Kampoeng Inggris Pare ) biasanya kebanjiran siswa – siswi yang datang dari berbagai daerah negeri ini bahkan ada juga peserta dari Malaysia. (Habis)



http://akhlisnur.blogspot.com/2010/12/dinamika-kursus-bahasa-inggris-di-pare.html

Jumat, 18 Maret 2011

DINAMIKA KURSUS BAHASA INGGRIS PARE (1)

Kampung Inggris ( Kampoeng Inggris Pare ), Pada periode tahun 2004 – 2009 saya dipilih menjadi ketua HIPKI (Himpunan Penyelenggara Kursus Indonesia) Kabupaten Kediri, melalui musyawarah para penyelenggara kursus se-Kabupaten Kediri di aula kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kediri.




Saya tahu persis data potensi kursusan yang ada di Kabupaten Kediri, tidak hanya bahasa Inggris tapi kursusan-kursusan yang lain, termasuk Komputer, Rias Penganten, Menjahit, Mengemudi, dll. Dari kursusan yang terdata di keanggotaan HIPKI, maka kursusan bahasa Inggrislah yang paling banyak se Kabupaten Kediri, dan tempatnya adalah di Pare.


Berbicara tentang dinamika kursus bahasa Inggris di “Daerah Istimewa Pare” yang punya karakter khusus dan cita rasa tersendiri maka mau tidak mau harus diurai dari the founding father-nya adalah pak Kalend, pendiri BEC (Basic English Course), karena lembaga inilah yang tertua di Singgahan Pare. BEC didirikan pada tanggal 15 Juni 1977.


Adapun materi pembelajaran maupun media, strategi, sumber pembelajaran, dan evaluasinya sangat-sangat sederhana, makanya “brand” sebagai “trade mark” yang dipakai oleh pak Kalend tidak muluk-muluk, cukup “BEC” alias Kursus Bahasa Inggris (tingkat) Dasar. Tapi yang sangat mahal dan tidak sederhana adalah goal dan kedisiplinan serta karakternya yang ditanamkan kepada siswa. Meskipun sering dicibir orang dengan bahasa ironical maupun terus terang karena materinya terlalu rendah tapi pak Kalend tidak peduli. “Lebih baik materi rendah dengan kualitas tinggi daripada materi tinggi tapi kualitas rendah.” Begitu ungkapan yang pernah saya dengar. “Kalau materi kita dicap rendah justru tanggung jawabnya lebih mudah”. Begitu kata pak Kalend.


Goal yang dijadikan capaian oleh BEC adalah setelah tamat belajar siswa harus bisa berkomunikasi dengan orang asing yang berbahasa Inggris terutama native speaker. Saya yakin goal ini tidaklah mudah untuk mencapainya.


Selama ini goal tersebut telah tercapai. Setiap ujian akhir siswa ini dihadapkan kepada turis berbahasa Inggris dan setelah itu turis tersebut dimintai komentarnya secara objektif tentang kemampuan anak tersebut dalam berbahasa Inggris. Dan mayoritas mereka para turis tersebut angkat jempol, sangat apresiatif, bahkan ada yang tidak percaya kalau belajar cuma beberapa bulan bisa selancar itu bahasa Inggrisnya. Bagi pembaca yang belum percaya silakan dicoba.


Tentang Kedisplinan dan karakter yang ditanamkan pak Kalend kepada para siswanya, saya yakin semua alumni yang membaca ini sepakat kalau pak Kalend orangnya sangat disiplin. Beliau kalau bicara selalu selaras dengan hati dan tindakannya. Artinya pak Kalend orangnya jujur, lugu, sederhana, tidak terbiasa kompromi, atau memberi kebijaksanaan yang tidak bijak, tidak suka basa-basi. Tidak sedikit orang yang merasa “tidak cocok” dengan beliau, karena pak Kalend jarang melakukan deal-deal dengan orang atau institusi lain yang berbau “selingkuh”.


Untuk menanamkan karakter dan kedisiplinan, pak Kalend mendidik para siswanya untuk menghargai waktu. Makanya kalau siswa datang ke kursus tidak hanya “on time” tapi harus “in time”. Sepuluh menit sebelum kelas dimulai siswa harus sudah ready di kelas, jika terlambat resikonya mendapatkan punishment.


Sedangkan untuk menghargai diri sendiri serta menghargai ilmu maka siswa wajib berakhlak yang baik juga berpakaian rapi, karena ini bagian dari karakter building. Beliau berharap agar nanti kalau terjun di masyarakat sudah tidak “gadhok” lagi atau bingung tapi soft skill-nya langsung jalan karena sejak dini sudah dilatih di kursusan.


Itulah gambaran kursus BEC yang menjadi cikal bakal Kampung Inggris Pare, bagi yang mau mengakui. Bagaimana dengan kursusan yang lain? Mayoritas kursusan yang ada di Pare sampai pada tahun 1998 adalah alumni BEC, kalaupun tidak alumni BEC, biasanya alumni dari alumni BEC atau istilahnya cucunya BEC, tapi tetap ada juga yang bukan alumni BEC sama sekali. (bersambung)

Kamis, 10 Maret 2011

JANGAN TAKUT BERSAING

Kampung Inggris ( Kampoeng Inggris Pare ), Kalau menyebut kota Pare, salah satu yang terkenal dari kota ini adalah salah satu kampung yang disebut banyak orang sebagai “kampung Inggris”. Ini bukan kampung biasa, dan disebut kampung inggris karena di sepanjang jalan kampung tersebut berserakan banyak kursus bahasa Inggris yang peserta kursusnya berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. 


Jalanan Kampung Inggris Pare
Sudah lama saya ingin melihat secara langsung kampung ini, karena begitu terkenalnya kampung ini ke berbagai daerah di seluruh Indonesia. Beruntung, saya diminta mengisi pelatihan di Kediri sehingga menyempatkan mampir di kota yang jaraknya sekitar 30 km dari kota Kediri ini.
Kawasan kampung ini tidak terletak di jalan utama, tetapi harus masuk terlebih dahulu di satu gang kecil yang hanya muat untuk berpapasan dua mobil. Memasuki kawasan ini, yang terlihat mencolok dan berbeda sejak awal masuk gang adalah banyaknya tempat kos dan warung-warung, bahkan cafĂ© di tempat yang boleh dibilang agak terpencil ini. 
Menurut cerita salah seorang pengurus Klub bahasa Inggris di sana, tempat ini sekurangnya dipadati dengan sekitar 4000 pendatang dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka belajar bahasa Inggris di sini di sekitar 40 tempat kursus yang berada di sepanjang kiri-kanan jalan ini. 
Basic English Course (BEC) disebut-sebut sebagai pelopor berdirinya kampung Inggris ini. Karena permintaan yang besar, maka bermunculan kemudian berbagai kursus bahasa Inggris hingga mencapai puluhan seperti sekarang. Ada Mahesa, Elfast, Marvellous, Smart, Defodills, dan berbagai kursus bahasa Inggris lainnya. 


BEC, salah satu tempat kursus pertama dan terbesar
BEC terlihat memiliki gedung yang megah dan besar untuk ukuran sebuah kursus. Dan karena banyaknya peminat, para pendaftar kursus di BEC mesti mendaftar satu tahun sebelumnya karena keterbatasan tempat. 
Namun demikian, tidak perlu khawatir, karena masih banyak lembaga kursus lain dengan kualitas yang setara. Masing-masing berlomba dengan segala keunggulan masing-masing. Ada yang unggul di Grammar, conversation, dan lain sebagainya. Masing-masing tentu saja mempunyai kekurangan yang berbeda-beda. 


Banyak tempat kursus berdiri memanfaatkan rumah penduduk
Dengan banyaknya komunitas peserta kursus bahasa Inggris ini dan keinginan yang sama untuk belajar bahasa secara lebih efektif, maka tercipta semacam disiplin dan aturan bersama bahwa semua peserta kursus bahasa Inggris di sini wajib menggunakan bahasa Inggris dalam pembicaraan sehari-hari. 
Tentu saja aturan ini hanya berlaku antar peserta kursus, selebihnya dengan penduduk kampung tetap menggunakan bahasa Indonesia. Aturan tidak tertulis inilah yang menyebabkan kampung ini kemudian terkenal dengan Kampung Inggris karena mewajibkan para peserta kursus yang berjumlah ribuan orang tadi untuk berbahasa Inggris. 
Salah satu alasan lain mengapa banyak orang mau belajar di Pare ini adalah biaya hidup yang rendah. Dibandingkan dengan hidup di kota-kota besar, biaya hidup di kota ini dan juga biaya untuk mengikuti satu program kursus secara intensif sangatlah murah. Dengan Rp 500 hingga Rp 1 juta per bulan, kita sudah dapat hidup dengan nyaman, termasuk biaya kursus. 


Mulai dari Gedung mewah hingga bangunan sederhanapun jadi.

Bagi para pengelola kursus, semakin menjamurnya kursus bahasa Inggris di kawasan ini sebenarnya tidak perlu menjadikan mereka khawatir akan ditinggalkan. Tetapi justru persaingan ini perlu disyukuri karena semakin membuat kawasan ini menjadi lebih hidup. 
Persaingan akan menjadikan konsumen semakin besar karena tidak hanya kita sendiri yang mengenalkan jasa atau produk kepada mereka. Dengan masing-masing mengeluarkan usaha agar konsumen bisa kenal, maka semakin luas usaha yang dilakukan. Dengan demikian, pengetahuan konsumen akan semakin luas. 
Persaingan juga akan menjadikan kita selalu waspada dan selalu berusaha meningkatkan diri dan kemampuan yang dimiliki. Tanpa adanya persaingan, kita akan cenderung berleha-leha, ataupun lebih banyak santai menikmati hidup. Tetapi jika ada persaingan membuat gairah untuk bersaing selalu ada, sehingga kita selalu tergerak untuk meningkatkan kemampuan diri kita dengan baik. 
Dengan demikian, persaingan tidak akan pernah mematikan kita, tetapi justru akan membuat kita lebih kuat selama kita menyadari persaingan tersebut dan terus berusaha meningkatkan diri. Orang-orang yang takut bersaing biasanya karena tidak percaya diri dengan kemampuan yang ada, ataupun memang tidak mempunyai kompetensi yang memadai. 
Kalau kita mempunyai kualitas yang memadai, persaingan justru akan semakin membuat kita berkembang jauh lebih cepat. Mereka yang mengetahui bagaimana kualitas yang kita miliki, tentu saja akan memilih kita. Tentu saja, sekali lagi, sangat tergantung apakah kita mempunyai kualitas yang memadai atau tidak. Itulah tugas kita sebenarnya. 
Sukses buat Anda semua pelajar Kampung Inggris ( Kampoeng Inggris Pare ), Salam Man Jadda Wajada.

Senin, 07 Maret 2011

Berapa Sih Biaya 1 bulan di Kampung Inggris?

biaya kampung inggris 300x225 Berapa Sih Biaya 1 bulan di Kampung Inggris?Kampung Inggris ( Kampoeng Inggris Pare ), Oke teman-teman sekalian, tentunya sudah menunggu posting artikel tentang biaya di kampung inggris. Dalam pembahasan ini, biaya dibagi menjadi tiga macam yaitu biaya kursus, biaya kost dan biaya hidup sehari-hari.
Biaya Kursus
Seperti yang teman-teman dengar, biaya kursus di kampung inggris relatif terjangkau, apalagi dibandingkan dengan kota besar. Biaya dihitung berdasarkan
durasi program (akan dijelaskan di postingan lain), ada program yang berdurasi dua minggu, ada yang berdurasi satu bulan. Sebagai contoh, di Oxford ILA paket program  Grammar terbagi menjadi Level 1,
Level 2, hingga Level 5 dengan durasi masing-masing program adalah 2 minggu. Coba tebak biayanya berapa? Yap, biayanya berkisar antara 80-90 ribu per minggu. Kalau dalam 1 bulan, totalnya sekitar 180 ribu rupiah. Untuk program yang berdurasi 1 bulan contohnya adalah program Conversation di Daffodils. daffodils mematok harga sekitar 150ribu per bulan.
Secara rata-rata, teman-teman cukup mengeluarkan maksimal 200ribu dalam 1 bulan.  Jika mengambil dua program, tinggal dikalikan dua yaitu 400ribu rupiah.

Biaya Kost

Ada dua tipe kost di kampung inggris, kost biasa dan kost english area. Perbedaannya jelas, di kost english area teman-teman terikat perjanjian bermaterai untuk menggunakan bahasa Inggris selama di area tersebut. Melanggar perjanjian? maka bersiap-siaplah menerima sanksi dari instruktur. Sedangkan untuk yang biasa hampir seperti kost pada umumnya, hanya menyediakan hunian sementara.
Soal biaya sewa, kost english area lebih mahal karena ada instruktur pembimbing yang mengawasi kalian. Biaya kost English Area berkisar antara 150 ribu hingga 200 ribu per bulan. Untuk kost biasa hanya 80 ribu hingga 120 ribu per bulan.
Ada dua catatan penting tentang biaya kost, Pertama, perhitungan biaya sewa kost tetap dihitung 1bulan meski teman-teman hanya tinggal selama 5 hari atau 1 minggu. Kedua, biaya kost dihitung per Kepala bukan per Kamar. Hampir semua kost di kampung inggris diisi lebih dari 2 orang per kamar. Jika kamu menempati kamar yang dihuni 4 orang dengan rates Rp.80.000,-, biayanya adalah Rp.80.000,- orang atau Rp.320.000,- per kamar.

Biaya Hidup

Terletak di pedesaan Jawa Timur, ongkos makan sangat terjangkau. Satu kali makan porsi hemat dengan lauk dan sayur cukup dengan 3000-4000 rupiah. Ingin yang lebih enak, sepiring nasi ayam bakar harganya sekitar 6000-7000 rupiah. Itu untuk yang versi murah. Kalau untuk yang agak mahal juga ada, seperti Nasi Goreng Daging di Wapo seharga 8000 rupiah.
Kalian lah yang bisa menghitung pengeluaran untuk makan karena selera makan tentu berbeda-beda kan? Untuk yang hemat, 10ribu bisa 3x makan. Jika agak boros, 25 ribu per hari juga bisa. Kamu lah yang menentukan icon smile Berapa Sih Biaya 1 bulan di Kampung Inggris?
Biaya hidup bukan hanya biaya makan, ada beberapa biaya lain seperti laundry, pulsa, ngemil dll. Laundry di Pare berkisar 2500-3000 / kg untuk cuci lipat. Pulsa dan ngemil tentu berbeda-beda antara satu dengan yang lain.
Nah, setelah mengetahui ketiga komponen  tersebut, kamu bisa dengan mudah mengetahui perkiraan biaya dalam 1 bulan. Sebagai contoh, sebut Saja Putra ingin belajar dengan hemat. Putra mengambil dua program kursus (2x180ribu) dan tinggal di kost english area (150ribu). Untuk makan , Putra menyisihkan Rp.15.000,- untuk makan dalam 1 hari. Perhitungannya adalah
Rp.360.000,-   Kursus dua program
Rp.150.000,-   Kost english Area
Rp.450.000,- Makan dalam 30 hari
Rp.960.000,-
Terjangkau bukan?

http://kampung-inggris.com/berapa-sih-biaya-1-bulan-di-kampung-inggris/

Ads Todays

Ads Todays