Hot Todays

Senin, 21 Februari 2011

All About Pare Kediri

Kampung Inggris ( Kampoeng Inggris Pare ), Semua Tentang Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Jawa Timur

Pare, adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. Terletak 25 km sebelah timur laut Kota Kediri, atau 120 km barat daya Kota Surabaya.

Pare berada pada jalur Kediri-Malang dan jalur Jombang-Kediri serta Jombang - Blitar. Sudah lama ada wacana Pare dikembangkan menjadi ibu kota Kabupaten Kediri, yang secara berangsur-angsur dipindahkan dari Kota Kediri. Namun niat ini tidak pernah serius dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten atau para Bupati yang menjabat. (mulai era Bupati H. Sutrisno,
Wacana tersebut akhirnya benar-benar dibatalkan, karena akan mendapatkan protes dari warga di sebagian wilayah Kabupaten Kediri, terutama di daerah selatan-seperti Kras, Ngadiluwih, Kandat dan Ringinrejo dan di daerah barat sungai Brantas-seperti tarokan, Grogrol, Banyakan, semen dan Mojo. Sehingga diambil jalan tengah dengan menempatkan Pusat pemerintahan di wilayah Kec. Ngasem Kediri, tepatnya di Ds. Sukorejo (biasa disebut Katang) dan akan juga dibangun Pusat Bisnis di Wilayah Kota Baru Gumul.)

Kota Pare yang berada pada ketinggian 125 meter di atas permukaan laut ini mempunyai udara yang tidak terlalu panas. Berbagai jenis jajanan dan makanan enak dan higinis dengan harga "kampung" dapat dijumpai dengan mudah di kota kecil ini. Berbagai infrastruktur dan fasilitas kehidupan kota juga dengan mudah dapat dijumpai: hotel, rumah sakit (yang besar HVA dan RSUD rumah bersalin yang lengkap pun juga ada), ATM bersama, warnet 24 jam ber-AC, dsb.

Pare memiliki tanah yang subur bekas letusan gunung Kelud dan tidak pernah mengalami kekeringan. Produk agraria andalan dari Pare adalah bawang merah, biji mente dan blinjo. Sedangkan oleh-oleh khas dari Pare antara lain adalah tahu kuning dan gethuk pisang. Di Pare sudah lama bermunculan industri menengah bertaraf internasional, seperti industri plywood dan pengembangan bibit-bibit pertanian. Tempat-tempat rekreasi pun telah ada semenjak tahun 1970-an meskipun sederhana, seperti Pemandian "Canda-Bhirawa" Corah dan alun-alun "Ringin Budo"serta sentra ikan hias di dsn Surowono Desa Tertek.

Pare terutama Desa Tulungrejo juga dikenal mempunyai potensi pengembangan kursus Bahasa Inggris. Saat ini lebih banyak bermunculan berbagai jenis bimbingan belajar terutama kursus-kursus Bahasa Inggris. Lebih dari 20 buah lembaga bimbingan belajar menawarkan kursus Bahasa Inggris dengan program program D2, D1 atau short course untuk mengisi waktu liburan. Dalam hal ini, kota Pare sebagai pusat belajar Bahasa Inggris yang murah, efisien dan efektif sudah terkenal hingga keluar Pulau Jawa. Sebagai efek ikutannya, di daerah Tulungrejo sekarang muncul berbagai jenis tempat penginapan dan kost yang menampung para pelajar dan maupun pekerja. Tarif kos per orang bervariasi dari 50 ribu hingga 200 rb per bulan.

Kecamatan Pare menjadi terkenal di seluruh dunia karena di sinilah antropolog kaliber dunia, Clifford Geertz - yang saat itu masih menjadi mahasiswa doktoral - melakukan penelitian lapangannya yang kemudian ditulisnya sebagai sebuah buku yang berjudul The Religion of Java. Dalam buku tersebut Geertz menyamarkan Pare dengan nama "Mojokuto". Di Pare, antropolog ini sering berdiskusi dan berkonsultasi dengan Bapak S. Sunuprawiro (alm), waktu itu menjadi wartawan Jawa Pos. Pak Sunu merupakan salah satu narasumber yang membantu antropolog tersebut dalam menyelesaikan bukunya.

Pare termasuk kota lama. Ini terbukti dari keberadaan dua candi tidak jauh dari pusat kota, yakni Candi Surowono dan Candi Tegowangi, serta keberadaan patung "Budo" yang berada tepat di pusat kota. Ketiga peninggalan ini membuktikan bahwa Pare telah lahir ratusan tahun lalu. Hanya sampai sekarang belum diketahui dengan pasti kapan kota Pare berdiri dan siapa pendirinya.

Pare merupakan KOTA adipura. sekolah sekolah faforit banyak berdiri di kota pare ini dari TK-SMA negeri. seperti TK negeri SDN pare 5 DLL madrasah ibtida'iyah. juga MtsN Model Pare dan SMP N 2 yang paling terkenal, di tangkat SMA ada SMA N 1 dan 2 merupakan SMA kelas Internasional dan juga ada MAN Krecek.


Sumber: http://id.wikipedia.org
http://muhamadalisaifudin.blogspot.com/2010/06/all-about-pare-kediri.html

Senin, 07 Februari 2011

Kampung Kursus Bahasa Inggris Termurah di Indonesia

Kampung Inggris ( Kampoeng Inggris Pare ), Umumnya setiap pelajar yang datang untuk kursus bahasa inggris di kampung inggris pare merasa puas dan memiliki sejuta memoru indah yang tidak akan terlupakan, seperti salahsatu kawan kita ini, dia menulis diblog nya yang beralamat di sagoeleuser5.wordpress.com, dia mengambarkan pengalamannya selama di kampoeng inggris pare, berikut ini ceritannya;

Lokasi tepatnya adalah di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Saya berani katakan kalau di sini adalah pusat kursus Bahasa Inggris termurah dan terbesar di Indonesia.

Bayangkan saja, satu program intensif setiap hari selama 1 bulan dengan pertemuan selama 1,5 jam dihargai kurang dari 100 ribu. Kontras dengan Kursus E* Ataupun I** yang biasanya banyak tersedia dikota-kota yang bahkan mencapai 1 juta/bulan untuk pertemuan yang hanya 3 kali seminggu.


Namun, memang tempat belajar mengajarnya sederhana. Ada yang di dalam ruangan yang dibentuk dari batako tanpa semen dan cat, lalu duduk di kursi kayu. Ada juga di ruangan bersih tapi duduk lesehan. Bahkan ada yang di luar ruangan dengan memanfaatkan gazebo seadanya. Sederhana, namun saya rasa tidak mengurangi makna sedikitpun.

Kemudian saya katakan terbesar karena ada sekitar 30 lembaga kursus bahasa dengan kelebihannya masing-masing. Ada yang terkenal dengan program speakingnya (Dafodiles dan Webster), ada yang jago di grammer (Smart), ada yang punya program khusus TOEFL (Elfast), ada juga yang mempunyai ujian langsung ngobrol dengan turis asing di Bali (Harfard), dan sebagainya. Pilihan tergantung tujuan kita apa.

Ratusan, mungkin ribuan, orang yang sengaja datang ke Pare hanya untuk kursus. Asalnya ada yang dari Kalimantan, Sulawesi, Aceh, Lampung, NTB, Bandung, dsb. Anak Jakarta juga banyak

Tidak sulit juga menemui Sarjana Sastra Inggris yang kursus di sini. Salah satu teman saya lulusan sastra Inggris dari salah satu kampus swasta terkemuka mengaku pelajaran grammer di sini dalam sekali, banyak yang tidak didapatnya di kampus. Saya pun mengakui, pengajar-pengajar di sini sudah sangat expert untuk grammer.

Layaknya pusat-pusat pembelajaran di tempat lain, Kampung Bahasa juga menumbuhkan berbagai aktivitas perekonomian di Pare. Banyak tempat-tempat kos yang ditawarkan. Ada dua jenis tempat kos, English Area (EA) dan bukan EA. Kalau yang bukan EA, penghuni tempat kos hanya diberi fasilitas tempat tinggal saja. Sedangkan di EA, ada tambahan program yang ditawarkan untuk memperlancar belajar Bahasa Inggris. Ada macam-macam program yang ditawarkan EA. Program dasar adalah wajib berbahasa Ingris di lingkungan kos. Oleh karenanya, kebanyakan penghuni baru langsung mengidap penyakit gagu akut. Kemudian ada beberapa program tambahan lagi, tergantung tempatnya.

Saya contohkan satu EA, yaitu Access. tinggal di Access  selama 2 minggu. Biayanya 175 ribu/bulan. Dengan uang sejumlah itu, kita sudah diberi fasilitas akomodasi sekaligus 3 program tambahan. Pertama, pk 5.00 – 6.30 adalah latihan membaca expression kemudian menghapalnya. Ada sekitar 10 expression setiap harinya. Ini sangat penting untuk membantu percakapan sehari-hari. Kedua, pk 16.00 – 17.30 ada kelas Pronounciation dengan logat Amrik. Di sinilah kelebihan Access, pronounce-nya bagus. Lalu, program yang terakhir, pk 18.30 – 20.00, kita diajak berdiskusi, berdepat, presentasi, nonton, dsb untuk mengaplikasikan Bahasa Inggris kita.

Memang akomodasi yang diberikan sederhana. Jangan harap di Kampung Bahasa bisa mendapat kamar kos ber-AC. Mencari kamar yang satu kamar untuk satu orang saja sulit. Kamar saya di Access diisi 4 orang dengan kasur kapuk tanpa dipan dan lemari. Tapi bagi saya fasilitas tersebut cukup nyaman dan manusiawi.  Saya pernah dengar cerita, di daerah ini ada yang menawarkan kos (bukan EA) dengan biaya sewa 35 ribu/bulan. Tapi ini jarang-jarang. Kalau saya ambil rata-rata, kos bukan EA di Pare sebesar 75 ribu/bulan.

Program di asrama (EA) sengaja di-set subuh dan sore ke atas supaya pada jam kerja penghuni bisa ikut kursus lagi di luar sesuai tujuannya.

Tempat kursus kebanyakan tidak jauh dari kosan. Sangat mungkin untuk jalan kaki. Tapi sebagian besar memilih sepeda sebagai alat transportasi. Ya, sepeda, ini yang unik. Pertama kali sampai di terminal Kediri, saya terbengong-bengong melihat pemuda usia SMA memakai baju koko, sarung, lengkap dengan pecinya, ber-ontel ria di jalan. Tapi itu sudah biasa bagi masyarakat daerah itu.

Saking “in” nya sepeda, banyak bermunculan tempat penyewaan sepeda. Harganya sekitar 40 ribu/bulan. Bermacam pilihan sepeda yang ditawarkan, tapi kebanyakan sepeda tua. Kalau berniat kursus lebih dari 3 bulan, saya sarankan untuk membeli saja, jangan menyewa. Harga sepeda-sepeda second berkisar antara 100 – 300 ribu. Setelah kursus, sepeda itu bisa dijual lagi ke bengkel sepeda.

Masalah makanan, lebih mudah lagi. Makanan di sini murah. Sepiring nasi dengan ayam lengkap dengan sayurnya dihargai 4500. Nasi dengan telur dan sayur dihargai 3000. Yang lain mungkin bisa diprediksi sendiri. Budget makan 10 ribu/hari saya rasa cukup.

Semoga bermanfaat…=)

Budgeting kursus di Pare 3 bulan dari Jakarta

Lorena Eksekutif Jkt(Rw. Mangun) – Kediri 215.000
Kediri – kosan 10.000
Beli sepeda 100.000
Makan 3 bulan 1.000.000
Pulsa 3 bulan 150.000
Program speaking di Dafodiles 100.000
Wisata ke Bali 200.000
Program Planet English di Kresna 190.000
Kos di English Area Access (1 bulan) 175.000
Kos di bukan EA (2 bulan) 150.000
Kosan – Jombang 10.000
Kereta bisnis Bangunkarta 130.000
TOTAL 2.430.000

Minggu, 06 Februari 2011

SEJARAH KAMPUNG INGGRIS PARE (2)

Kampung Inggris ( Kampoeng Inggris Pare ), Sebelum pak Kalend melembagakan kursusannya (BEC), otomatis beliau mengajar bahasa Inggris secara private dari satu tempat ke tempat lain, istilahnya ‘no madden’. “Saya dulu mengajar bahasa Inggris di emperan orang, dari satu tempat ke tempat lain.” Begitu kata pak Kalend setiap mengenalkan lembaganya ke siswa baru di awal pembelajaran. Kebetulan saya sendiri hampir sepuluh tahun mengabdikan diri di BEC. Dan setiap tiga bulan sekali penerimaan siswa baru.



Menurut sebagian tokoh masyarakat yang pernah saya temui, seperti Bapak Ruslan (alm), mantan Kepala Desa Pelem, Bapak Ahmad Ikhwan, pemangku musholla Al-Ikhwan, Dusun Singgahan, Bapak Drs. H. Hasbi Mursyid, pensiunan guru SMA di Pare, menyatakan hal yang sama bahwa dulu pak Kalend sering mengajar anak-anak di emperan rumah orang kampung atau di serambi masjid Darul Falakh, pernah juga di Balai Desa Pelem, kadang-kadang di bawa ke tempat-tempat bersejarah seperti Candi Surowono, Tegowangi, dan sesekali juga diajak ke lapangan, belajar sambil berolah raga.


Memangnya ada berapa murid pak Kalend waktu itu? Ya, pertanyaan ini sangat penting untuk dicari jawabannya. Sejumlah alumni yang saya kenal dan saya ajak ngobrol seperti Shohib, tetangga sekaligus family dari istri pak Kalend, Ajie Bahleuwi (pendiri kursusan LIBERTY), Liliek Sosiowati, instruktur EECC, menginformasikan bahwa siswa pak Kalend waktu awal-awal mengajar ternyata tidak banyak, sekitar lima sampai sepuluh orang. Itupun yang hadir saling bergantian, jarang istiqomah hadir bersamaan secara penuh di setiap pertemuan. Jadi bongkar pasang. Bahkan pernah siswanya juga habis di tengah jalan.


Kita tentu bisa membayangkan betapa susahnya saat itu untuk mengumpulkan pelajar yang minat dan mau belajar bahasa Inggris! Rata-rata pelajar waktu itu tidak suka bahasa Inggris, karena asumsi mereka bahasa Inggris itu sangat sulit, tidak menarik, bahasanya orang kafir, ditambah lagi lokasinya di daerah terpencil, listrik belum ada.


Pak Kalend ternyata orangnya tidak gampang menyerah dalam menghadapi berbagai keadaan dan tekanan; muridnya habis di tengah jalan, diperlakukan yang tidak layak oleh orang-orang yang tidak suka dengan bahasa Inggris, tuntutan kebutuhan hidup yang terus mengejarnya, dll. Beliau tetap tegar, berdiri tegak dan mencari dan mencari siswa lagi untuk diajari bahasa Inggris.


Semangat perjuangan dan karakter beliau untuk mengekspresikan jati dirinya yang perlu kita teladani. Dengan perjuangan yang tanpa lelah demi sebuah cita-cita, beliau tetap tegar tanpa menggantungkan baik kepada orang lain atau pemerintah. Apalagi minta dibelas-kasihani? Sama sekali tidak.



Meski dengan modal perlengkapan yang sangat terbatas tapi pantang menyerah itulah akhirnya Pak Kalend banyak melahirkan alumni yang akhirnya ikut “meramaikan” kursusan di Pare hingga mencapai “prestasi” seperti sekarang ini. (Selesai).



http://akhlisnur.blogspot.com/2010/12/sejarah-kampung-inggris-pare-2.html

Kamis, 03 Februari 2011

SEJARAH KAMPUNG INGGRIS PARE (1)

Kampung Inggris ( Kampoeng Inggris Pare ), Pare adalah salah satu daerah koordinator Kecamatan (dulu Kawedanan) di Kabupaten Kediri yang membawahi Kecamatan Puncu, Kecamatan Kepung, Kecamatan Kandangan, Kecamatan Plosoklaten, Kecamatan Gurah, dan Kecamatan Badas.


Di Kecamatan Pare ini ada dua desa yang unik untuk peningkatan sumber daya manusia yaitu desa Tulungrejo dan Pelem.
Desa Tulungrejo dibagi menjadi beberapa dusun yaitu Tulungrejo, Mulyoasri, Mangunrejo, Puhrejo dan Tegalsari sedangkan Desa Pelem dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: Pelem, Singgahan, Mbetonan, Ngeblek.


Keunikan di kedua desa tersebut terutama di dusun Singgahan, Tulungrejo, Mulyoasri , Tegalsari dan Mangunrejo adalah pembelajaran Bahasa Inggris. Kenapa dikatakan unik? Karena brand maupun iconnya adalah BAHASA INGGRIS yang identik dengan kota metropolitan atau luar negeri yang serba modern, bahasa akademik dengan ilmu pengetahuan dan technologi canggih, tapi ini kok di dusun kecil dan terpencil lagi? Unik bukan?


Sekarang Pare telah di kenal dengan istilah KAMPUNG INGGRIS karena lembaga kursusan bahasa Inggris disana sudah seperti jamur di musim hujan, tidak kurang dari 60 lembaga, dan peserta kursusnya lengkap mulai dari Sabang sampai Merauke. Bahkan sudah dimitoskan sebagian orang kalau pingin bisa bahasa Inggris silakan belajar di Pare.


Awal berdirinya kursus bahasa Inggris di Pare ini tidak lepas dari peran orang yang bernama M. Kalend O. Ketika mendengar nama ini tentu pembaca akan terasa asing. Tidak biasanya orang Indonesia bernama seperti itu, kita cenderung mempersepsikan bahwa nama tersebut identik dengan nama orang “bule”. Apalagi kaitannya dengan bahasa Inggris.


Memang banyak orang yang membayangkan bahwa Mr. Kalend (panggilan akrabnya) orangnya tinggi, hidungnya mancung, kulitnya putih, paling tidak orang menyimpulkan beliau ini “produk” barat. E… ternyata salah. Pak Kalend adalah orang dari Sebulu, Tenggarong, Kalimantan Timur. Sehingga performance-nya juga tidak jauh dari kita-kita semua.


Mr. Kalend pernah belajar di Pondok Modern Gontor, kemudian belajar private bahasa Inggris dengan ustadz Yazid, seorang ahli dibidang bahasa Asing di Tulungrejo Pare. Mulai dari sinilah pak Kalend mulai merintis karirnya yang kemudian merubah Pare menjadi kota kursusan bahasa Inggris. (bersambung)


http://akhlisnur.blogspot.com/2010/12/sejarah-kampung-inggris-pare-1.html

Selasa, 01 Februari 2011

WAWANCARA DENGAN SANG PIONER KURSUS BAHASA DI PARE

Kampoeng Inggris ( Kampung Inggris Pare ), Berikut ini adalah wawancara wartawan Radar Kediri [ Kamis, 18 September 2008 ] Mengenal Pak Kalend, Melongok 'Kampung Bahasa Inggris' di Pare Kesulitan Native Speaker Sejak Bom Bali I
Mengunjungi 'Kampung Bahasa Inggris' yang ada di Kecamatan Pare bakal kurang lengkap tanpa ketemu dengan Mr Kalend. Lelaki ini adalah pendiri tempat kursus pertama di kampung tersebut. Bagaimana kabar tempat yang dikenal menelurkan lulusan yang berkualitas tersebut?
RULLY PRASETYO, Kediri

------------
Nama Kalend tak asing bagi yang menimba ilmu bahasa Inggris di kompleks kursus bahasa tersebut yang ada di Kelurahan Pelem, Kecamatan Pare. Lembaganya, Basic English Course (BEC) berada di Jalan Anyelir. Lembaga itu yang selama ini dikenal menelurkan lulusan berkualitas. Mampu berbahasa Inggris dengan lancar.
Hal itu membuat pemilik nama lengkap M. Kalend Osen itu semakin melambung. Bukan hanya di tempat kursusnya, di berbagai kota nama Kalend banyak dikenal. Siswa-siswi Kalend datang dari berbagai kota di penjuru tanah air.
Kalend adalah lelaki sederhana kelahiran Kutai, 20 Februari 1945. Tak terlihat hal istimewa ketika selintas melihat lelaki ini. Seperti ketika ditemui Radar Kediri (13/9) di tempat kursusnya. Berkopiah hitam, baju abu-abu, dan bersarung putih. Maklum, Mr Kalend baru saja melaksanakan salat dhuhur.
Keistimewaan baru terasa ketika bercakap-cakap dengan lelaki ini. Gaya seorang pengajar langsung melekat. "Kalau ada siswa yang tidak niat belajar bahasa Inggris, ya lebih baik saya suruh pulang saja daripada mengganggu teman-temannya yang benar-benar mau belajar," ujar Kalend. Ketika dipuji kemampuan berbahasa Inggrisnya, Mr Kalend memilih merendah. "Hanya, banyak orang yang percaya belajar dengan saya makanya banyak yang belajar ke sini," kilahnya.
Cerita Kalend sebagai seorang pengajar berawal dari ketidaksengajaan. Saat pertama tiba di Pare, pada 1976, tujuannya adalah belajar bahasa ke almarhum KH Ahmad Yazid. Kiai yang dikenal menguasai sembilan bahasa. Saat itu, Kalend muda juga tengah kehabisan uang saat belajar di Pondok Modern Gontor.
Setelah belajar beberapa bulan di tempat KH Ahmad Yazid, ada dua mahasiswa IAIN Surabaya datang. Keduanya hendak belajar bahasa Inggris ke KH Ahmad Yazid. Kebetulan, saat itu KH Ahmad Yazid tidak ada di tempat. Oleh istri KH Yazid Kalend ditunjuk menjadi pengajar dua mahasiswa tersebut.
Mendapat perintah menjadi guru, Kalend berusaha maksimal. Sebanyak 350 soal yang dibawa dua mahasiswa dicoba dikerjakan bersama-sama tanpa membuka buku bahasa Inggris. Hasilnya, 60 persen mampu diselesaikan. Sedangkan sisanya dengan cara membuka buku. "Lima hari selesai, 350 soal itu kami kerjakan," kenang Kalend.
Setelah semua soal selesai dikerjakan, dua mahasiswa tersebut kembali ke Surabaya. Dan, mereka berhasil lulus ujian bahasa Inggris sebagai salah satu syarat kelulusan. "Setelah lulus mereka datang ke sini dan bercerita di musala kalau saya bisa mengajar bahasa Inggris," ujarnya.
Sejak itu nama Kalend mulai dikenal di Pare. Anak-anak mulai berdatangan untuk belajar bahasa Inggris kepadanya. Akhirnya, 15 Juni 1977 Kalend meresmikan pendirian BEC. "Saat itu murid saya hanya enam orang dan pembukaan BEC hanya baca Al Fatihah," kenangnya.
Pada 1983 BEC semakin pesat berkembang. Muridnya tidak hanya dari Kediri dan sekitarnya. Tetapi datang dari seluruh Indonesia. Uniknya, dalam menggaet siswa dari luar pulau itu Kalend tidak menggunakan promosi atau iklan. Hanya melalui perantara para alumni lembaga kursusnya. Mereka bercerita ke rekan-rekannya dari mulut ke mulut.
Saat ini siswa BEC mencapai 600 orang. Mereka belajar selama enam bulan di BEC. Tapi, waktu enam bulan tidak menjamin mereka lulus. Jika dalam bulan keempat siswa ketahuan tidak menggunakan bahasa Inggris di lokasi BEC, sanksinya adalah dikeluarkan.
Tidak itu saja, saat ujian di lokasi wisata Candi Borobudur, Jateng, siswa harus aktif berbicara dengan turis dengan menggunakan bahasa Inggris. Diam saja, atau hanya bermain-main, sudah pasti dinyatakan tidak lulus. Tahun ini misalnya, dari 196 siswa yang diuji ke Borubudur, tujuh di antaranya pulang kampung tanpa membawa sertifikat tanda kelulusan.
Agar pengawasan dalam ujian di Borubudur berlangsung maksimal, Kalend tidak pernah membawa siswa dalam jumlah besar. Kendaraan yang dipakai hanya L-300 untuk mengangkut 18 siswa. "Kami tidak rekreasi ke Borubudur tetapi ujian makanya siswa yang diuji hanya sedikit," ujar Kalend.
Banyaknya siswa yang berhasil menimba ilmu dari Kalend ini dimanfaatkan sebagian mantan siswanya untuk membuka lapangan pekerjaan di sekitar BEC. Lembaga kursusan Bahasa Inggris mulai menjamur. Hingga jumlahnya mencapai ratusan.
Meski demikian, lelaki yang baru saja menunaikan umrah ini mengaku tak pernah merasa tersaingi. Walau lapangan pekerjaan yang dibuka mantan muridnya itu sama dengannya tetapi Kalend menganggap hal itu adalah hal yang biasa.
Justru, yang menjadi keluhan Kalend saat ini adalah sepinya turis mancanegara yang berkunjung ke tempatnya. Diduga jarangnya turis ke BEC karena terimbas adanya bom Bali pertama beberapa tahun lalu. Akibatnya, jika siswa-siswi bisa praktik cas-cis-cus dengan native speaker dengan gratis sekarang kesempatan itu menjadi sangat langka. "Sekarang ini empat bulan belum tentu ada turis yang ke sini. Padahal dulu itu setiap bulan ada," ujarnya.
Meski mengaku butuh adanya native speaker untuk memotivasi anak didiknya mempraktikkan bahasa Inggris tetapi Kalend gigih tak mau memakai jasa native speaker. "Kalau pakai native speaker itu butuh biaya besar," ujarnya.

SEJARAH KAMPOENG INGGRIS (Baca Kampung Inggris)

Bagaimana ceritanya sebuah perkampungan kecil ini bisa menjadi pusat pembelajaran bahasa Inggris terbesar di Indonesia?. Semuanya berawal dari didirikannya lembaga kursus yang bernama BEC (Basic English Course) oleh seorang penduduk pendatang yang bernama Pak Kallen (Mr Kallen). Sekalipun namanya seperti nama orang bule, tetapi dia orang Indonesia asli lho..
Pada awal berdirinya fasilitas yang dimiliki sangat terbatas, karena hanya berlokasi di teras masjid yang diperuntukkan untuk anak-anak desa yang kurang menguasai bahasa inggris.
Selanjutnya di rumah-rumah yang membolehkannya mengajar, dan akhirnya sampai memiliki gedung sendiri. begitulah perjuangan Pak Kallen yang konsisten dan pantang menyerah hingga mengantarkan BEC menjadi begitu terkenal dan lulusannya diakui kualitasnya. Hal inilah yang mengundang banyak pendatang dari se-antero nusantara untuk belajar bahasa Inggris disana. Sampai-sampai tidak ada tempat lagi di BEC untuk menampung para calon murid tersebut.
Nah, dari sinilah mulai “berkembangbiak” beberapa lembaga kursus baru untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat. Beberapa lulusan BEC tetap mengajar disana dan beberapa yang lain mendirikan lembaga kursus sendiri. Lembaga kursus yang didirikan pun semakin bervariasi dari segi waktu, spesialisasi program, metode serta biayanya.
Akan tetapi, tidak semua lulusan BEC memilih untuk mengajar dan mendirikan kursusan sendiri. Ada juga yang buka warung, jualan bakso, dagang soto, membuka tempat fotokopi dll. Dan mereka semua bisa berbahasa Inggris. Mungkin dari sinilah asal cerita bahwa “bahkan tukang bakso sampai tukang soto pun bisa berbahasa Inggris”.
Kurang lebihnya seperti itulah gambaran serta sejarah mengenai kampung Inggris. Jika masih penasaran  dengan informasi-informasi tentang Kampung Inggris, bisa dilanjutkan membaca artikel-artikel berikutnya.

PROFILE

PIKIP ( Pusat Informasi Kampoeng Inggris Pare ) adalah bagian dari MEDIA PARE, PIKIP merupakan Media Informasi yang fokus tentang Kampoeng Inggris (Baca Kampung Inggris) dan dikelolah secara profesional oleh seluruh staf/karyawan Media Pare divisi khusus PIKIP ( Pusat Informasi Kampoeng Inggris Pare ). Tujan dari dibentuknya PIKIP ( Pusat Informasi Kampoeng Inggris Pare ) sebagai bagian dari MEDIA PARE adalah untuk memberikan informasi yang benar, jelas, dan netral tentang KAMPOENG INGGRIS,
Karena PIKIP ( Pusat Informasi Kampoeng Inggris Pare ) adalah satu-satunya pusat informasi KAMPOENG INGGRIS yang tidak memiliki maupun mengelola lembaga kursus sehingga dapat memberikan informasi yang Benar dan jelas. Sedangkan pembiayaan operasionalnya didapat dari para donatur dan sponsor serta unit usaha MEDIA PARE yang di antaranya meliputi IKLAN, WARUNG LMG, PARE EO, BULETIN PIKIP, ADSANSE, PARE TRAVEL AGENT, PARE ADVERTISING, SPESIAL NOMOR CANTIK Serta beberapa unit bisnis lainnya.

Saat ini kantor PIKIP ( Pusat Informasi Kampoeng Inggris Pare ) buka dari hari Senin - Jumat jam 08.00 - 16.00 WIB dan hari sabtu pada jam 08.00 - 13.00 WIB. Layanan Call Center / Hotline juga dibuka pada waktu yang sama.


PIKIP (Pusat Informasi Kampoeng Inggris Pare) bisa dihubungi di :

Jl. Dr. Sutomo No 10B Pare 64200
Email      : kampoenginggris.com@gmail.com
Web        : www.KampoengInggris.com 
                  www. pikip.tk

Ads Todays

Ads Todays